KARAKTER BANGSA INDONESIA

Jumat, 20 April 2012

Menerobos Waktu

Upaya menolong orang lain yang kurang beruntung bisa dimulai dari mana pun kita berada. Kita tidak perlu menunggu sampai kaya dahulu, baru menyumbang. Yang terpenting,  apakah kita memiliki beban dan cinta kepada orang-orang yang kurang beruntung disekitar kita atau tidak. Kalau kita memiliki hati seperti itu, dengan sendirinya akan terbuka jalan untuk memberi kepada sesama. Ingat, harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan kesan atau kenangan, entah positif maupun negatif, bagi orang-orang yang pernah mengenal dia. Karena segala sesuatu yang kita lakukan untuk orang-orang yang kekurangan dan menderita di sekitar kita merupakan bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
     Banyak orang berpikir kita akan sukses dan bahagia jika syarat yang kita butuhkan terpenuhi, misalnya: dilahirkan ditengah keluarga kaya, dibesarkan dengan fasilitas yang lengkap, mendapat segala kemudahan, serta dikasihi orang-orang disekitar kita. Namun dalam kenyataan, kesuksesan dan kebahagiaan kita tidak selalu ditentukan oleh faktor luar. Ada banyak orang yang mendapat fasilitas, tetapi tidak sukses dan bahagia. Sebaliknya, orang yang tidak sama sekali mendapatkan hal itu, bisa sukses dan bahagia. Kesuksesan dan kebahagiaan ditentukan oleh sikap pribadi kita dalam menanggapi kesulitan kita sehari-hari. Mungkin anda sering diejek karena punya kekurangan. Jangan putus asa! Bangkit lah buktikan kepada orang lain kalau anda mampu. Karena kritik dan ejekan seharusnya tidak membuat kita kecil hati dan mundur, tapi justru menjadi pelecut untuk mengembangkan potensi kita.
        Salah satu rahasia sukses adalah menolak membiarkan kekalahan sementara menaklukan kita. Dan jangan biarkan sikap kita ditentukan orang lain! Entah ia menanggapi sikap kita secara positif atau negatif. Karena orang yang sukses dan bahagia adalah orang yang tahu prioritas hidupnya dengan tepat dan bersedia mengorbankan sesuatu hal yang ia pandang penting. Kedewasaan kita bisa diukur dari sikap kita sehari-hari. Anak-anak senang meminta, orang dewasa senang memberi, anak-anak senang dilayani, orang dewasa senang melayani. Saat menghadapi kesulitan, banyak orang bersungut sungut,. Jika kita bereaksi seperti itu, kita menciptakan awan mendung di kehidupan kita. Kita menjadi mudah marah, putus asa, dan iri hati melihat kesuksesan orang lain. Manusia dirancang menjadi makhluk yang unggul dan mampu menghadapi kesulitan. Jangan biarkan kesulitan mengendalikan kita.

Aneh, tapi itu memang nyata adanya

Di era sekarang ini, sering sekali kita temukan masyarakat yang bertingkah arogan, pada hal mereka hidup di jaman modern yang dimana harusnya mengerti tentang persamaan bersosialisasi. “Cuek” dengan kanan-kirinya yang adalah mungkin menjadi penunjang keberhasilan mereka. Ahh.. pertanyaan yang muncul, bagaimana sampai bisa sedemikian seperti itu? muncul lagi pertanyaan, apakah memang dari dulu masyarakat bangsa ini seperti ini?. Binatangpun enggan menampakan wajah mereka kepada semua manusia, mereka hanya bersembunyi di balik tempat pemameran mereka karena tidak bisa berbuat banyak, walaupun di tempat yang aman bagi keuntungan manusiapun mereka tidak merasa nyaman. Kenapa bias seperti itu? Aneh, tapi itu memang nyata adanya.
            Tiap hari selalu dipertontonkan orang-orang yang memakai sepatu dan jam tangan bermerek berkoar-koar tentang kebenaran, “saya yang benar dan anda yang salah”, bahkan lebih banyak lagi yang berteriak dengan lantang “kami lakukan ini untuk rakyat”, rakyat yang manakah itu?. Kekuasaan menjadi harga mutlak bagi “mereka”  yang tetap ingin memajukan negara ini dengan cara mereka. Sedangkan di pinggirang kali, di pesisir pantai, di atas gunung-gunung yang menutupi raut wajah sebagian anak bangsa, hanya bisa terdiam sambil tertawa, sesekali menangis  ketika mereka bisa merasakan nasi yang mereka makan sekali dalam sehari. Kemanakah orang-orang pintar yang dihargai satu rupiah, dan di luar negeri mereka dihargai seribu rupiah? Apakah di jaman sekarang ini, yang pantas merubah negeri ini hanya “mereka-mereka” yang memakai jas yang sama? Aneh, tapi itu memang nyata adanya.
            Lebih menyedihkan lagi ketika harga yang mejadi dasar kesejahteraan bangsa ini yaitu Pendidikan masih di perjual-belikan. Bagaimana bisa ketika anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar harus membaca tentang selingkuh. Pendidikan seperti apa itu?. Bagaimana mungkin lembar-lembar bacaan pelajaran berisi hal-hal yang tidak sesuai dengan yang selama ini telah kita anut?. Bagaimana mungkin para “bos-bos” pendidikan kita percaya dengan cara UN yang selama ini telah diteriak-teriakan sang pemikir bahwa itu tidak bisa di pakai dalam sekarang ini untuk peserta didik? Aneh, tapi itu memang nyata adanya.